Membentuk Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah

Ketika seseorang menikah karena Allah, memilih pasangan karena Allah, maka sesungguhnya dia sudah melakukan pilihan yang terbaik dan sebenarnya, ia tidak akan rugi di dalam hal apapun. Akan tetapi, tidak semua kita ketika berkeluarga mempunyai persepsi yang sama antara suami isteri. Masing-masing kita dibesarkan dengan budaya, nilai dan latar belakang yang berbeda. Ini menambah kesulitan bagi pasangan ini untuk menjadi partner didalam pernikahan tersebut, karena mereka juga harus mengenal kepribadian dan sifat masing-masing…

Hal yang terbaik adalah menyamakan persepsi tentang pernikahan, dan kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah SWT. Sehingga suami isteri mempunyai persepsi yang sama, dan jurang perbedaan tadi akan mengecil..

Ketika dia berbakti untuk keluarganya, dia mendapatkan pahala (Allah Redho), ketika pasangannya tidak seperti yang diharapkannya lalu dia bersabar, maka dia juga akan mendapatkan pahala (Ke Redhoan Allah SWT), amalnya hanya karena Allah SWT, bukan karena pasangannya. Karena bagaimanapun, harus kita sadari bahwa tidak ada manusia, termasuk diri kita sendiri, yang sempurna. Jika pasangan kita mempunyai banyak sekali kekurangan, kita pun demikian, sehingga cara yang dapat dilakukan oleh sepasang suami istri untuk mendapatkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah adalah dengan mendasarkan semua keputusan, perilaku dan perasaan kita berdasarkan Syara’, yakni berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw semata. Bukan dengan ego, perasaan dan nafsu manusia, yang bias dan terbatas.

Tidak selalu tuntutan untuk berbuat baik dan bersikap baik ditujukan kepada istri dalam hubungan rumah tangga. Menjadi seorang istri idaman untuk suami adalah hal yang harus dipenuhi oleh setiap wanita, karena hal ridha seorang suami pada istrinyalah yang membuat si istri/wanita tersebut mendapatkan ridha Allah, dan dengan itu menjamin tempat di surga bagi seorang wanita. Adalah kewajiban bagi seorang wanita untuk menjadi suri tauladan dan guru bagi anak-anaknya dan anak-anak suaminya. Akan tetapi disamping itu, seorang istri juga miliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh suami.

Kewajiban yang harus ditunaikan juga mencakup tanggung jawab seorang suami atas seisi rumah. Islam telah membagi antara hak-hak istri dan hak-hak suami agar tidak terjadi kesalah pahaman antara keduanya. Diantara hak istri yang harus dipenuhi oleh suami adalah sebagaimana yang difirmankan Allah :

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisa : 34)

Dalam hadist diatas, menegaskan peran seorang suami sebagai pemimpin dalam keluarganya. Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas istri, atas segala kebutuhannya, baik itu kebutuhan lahir ataupun batin. Perhatian terhadap diri sang istri, peduli dan menampakkan rasa simpati kepada istri, berperilaku lemah lembut, merupakan kewajiban seorang suami, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Tampakkanlah rasa kasih sayang suami terhadap istri.

Seorang istri tetaplah manusia, yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa perhatian. Terkadang sebagian suami bersikap agak tidak peduli terhadap apa yang dilakukan istri. Tanpa kata-kata mesra lagi bagi istri, tanpa sentuhan lembut untuk menunjukkan simpati dan meringankan beban istri karena dengan setia telah melayaninya.

Setelah mempunyai dua atau tiga anak, seseorang telah merasa tua, dan merasa lebih dewasa. jika memang seseorang itu lebih tua akan lebih dewasa, seharusnya setiap orang yang berkeluarga bisa tampil lebih romantis terhadap pasangannya. Lebih dekat, dan lebih mengerti setiap apa yang diperlukan pasangannya. Bukannya bertambah renggang hubungannya,acuh tak acuh, bukan pula seperti orang lain yang seperti tidak pernah kenal.

Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- ketika telah berumur sekitar 50-an tahun, masih tetap romantis terhadap istrinya ’Aisyah -rodhiyallahu ‘anha-, dan beliau masih tetap perhatian dengan semua istri-istrinya.

Dan siapakah suami terbaik? Sabda Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- :

Yang artinya : “sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. dan saya adalah terbaik diantara kalian terhadap keluargaku.” (HR Bukhori, Muslim dan lainnya)

Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- telah mengatakan bahwa dialah orang terbaik diantara para sahabat-sahabatnya terhadap keluarga. Ini berarti beliau adalah sebagai panutan bagi setiap orang yang telah berkeluarga, terutama para suami, agar meniru beliau dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Rosulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda :

Yang artinya : “Paling sempurnanya iman diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya. Dan yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya terhadap istrinya.” (HR At-Tirmidzi)

Inilah Hak Bersama Suami Istri

- Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)

- Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 – Al-Hujuraat: 10)

- Hendaknya menghiasi kehidupan bersama mereka dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)

- Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan (dalam ketaatan kepada hukum syara’). (Muttafaqun Alaih)

Bagi suami dan/ataupun istri yang selalu ribut karena masalah kecil di dalam rumah tangganya, selalu menuntut agar pasangannya berubah demi dirinya, dan harus selalu mengerti dia, seharusnya juga memahami keterbatasan dan kekurangan masing-masing. Memang ada ketentuan-ketentuan dan sunnah-sunnah yang harus dilakukan baik dari fihak suami maupun istri, tetapi ketahuilah bahwa perubahan itu hanya bisa dimulai dari diri kita sendiri. Pahamilah bahwa hanya ada 3 pilihan di dalam rumah tangga 1. Kita berubah, memahami dan bersabar terhadap kelakuan pasangan kita, dengan jaminan akan mendapatkan ridha dan pahala yang besar dari Allah Aza wa Jalla, 2. Mengeluh terus dan minta dia yg berubah dan pada akhirnya kita tidak akan pernah merasakan ketentraman, dan kebahagiaan, 3. Cerai, dan perbuatan ini sesungguhnya adalah perbuatan halal yang tidak disukai Allah…

Dan bagaimanapun, pengertian, rasa kasih sayang, dan kesabaran InsyaAllah akan mendatangkan hasil yang positif bagi kita dan keluarga. Kalau pun hasilnya tidak bisa kita rasakan di dunia ini, InsyaAllah akan kita rasakan diakhirat nanti.

Bagaimanapun buruknya pasangan kita (menurut penilaian kita), pastilah mempunyai nilai positif bagi kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:-

“Dan bergaulah kalian dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)

0 komentar: (+add yours?)

Posting Komentar